tag:blogger.com,1999:blog-20149017073813569632024-03-13T05:28:05.582-07:00Asuhan Keperawatan JiwaAsuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-3167142012271081402008-09-12T08:28:00.000-07:002008-09-12T08:29:34.161-07:00GANGGUAN JIWA PADA ANAK DAN REMAJA<div align="center"> <strong>GANGGUAN JIWA PADA ANAK DAN REMAJA</strong></div><br />Gangguan yang biasanya mulai nampak dalam masa, anak dan remaja.<br />Harus ditinjau dari :<br />tahap perkembangan<br />derajat<br />frekuensinya<br />Gangguan yang biasanya mulai timbul pada anak dan remaja, ada 3 kelompok besar :<br />Retardasi Mental<br />Gangguan Pemusatan Perhatian – Hiperaktivitas<br />Autisme Masa Kanak<br />Retardasi Mental<br />Adalah suatu sindroma / kumpulan gejala yang ditandai dengan :<br />Fungsi intelektual umum dibawah rata - rata yang cukup bermakna (IQ 70 )<br />Yang mengakibatkan adalah berhubungan dengan kekurangan / hendaya dalam perilaku adaptif<br />Timbul sebelum usia 18 tahun<br />RM. dibagi :<br />RM ringan IQ = 50 - 70<br />RM sedang IQ = 35 - 49<br />RM berat IQ = 20 - 34<br />RM sangat berat IQ = 20<br />Etiologi<br />Faktor Biologik :<br />Kelainan kromosom, kelainan metabolik, gangguan post natal / gangguan perinatal<br />Faktor Psikososial<br />Deprivasi psikososial, misalnya :<br />kurangnya stimulasi sosial, bahasa dan intelektual<br />kehidupan keluarga yang tidak harmonis<br />sering berganti pengasuh dan tidak adekwat<br />25 % kasus faktor penyebabnya adalah faktor biologik,<br />tingkat RM yang ditimbulkannya adalah Sedang - Berat IQ < 50.<br />75 % kasus penyebanya tidak ditemukan faktor biologiknya,<br />tingkat RM -nya Ringan IQ = 50 - 70<br />Diagnosa :<br />Dx. ditegakkan setelah anak masuk sekolah.<br />Gejala klinik :<br />Tergantung tingkat RM,gejala umum :<br />IQ 70<br />Adanya hendaya perilaku adaptive<br />Timbul sebelum usia 18 tahun<br />Gejala - gejala penyerta : iritabilitas, agresivitas, gerakan - gerakan stereotipik, gangguan neurologik terutama pada RM berat.<br />Pemeriksaan :<br />anamnesa : riwayat kehamilan, kelahiran, keturunan, latar belakang sosiokultur<br />pemeriksaan : psikiatrik, fisik, dan neurologik.<br />DD/ :<br />kelainan sensoris terutama bisu - tuli<br />cerebral palsy<br />gangguan perkembangan spesifik<br />gangguan perkembangan pervasif<br />penyakit - penyakit kronis<br />kesulitan belajar IQ 70<br />Penyulit :<br />Adanya ketidakmampuan berfungsi secara mandiri membutuhkan pengawasan dan bantuan keuangan terus.<br />Penanganan :<br />Terdiri dari :<br />Pencegahan primer : usaha - usaha untuk menghilangkan / mengurangi kondisi yang dapat menimbulkan gangguan yang berhubungan dengan RM. eks: pendidikan kesehatan masyarakat, perbaikan sos - ek.<br />Konseling genetik<br />Tindakan kedokteran<br />A D H D<br />( ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER )<br />Gangguan pemusatan perhatian - hiperaktivitas.<br />Gambaran klinis ADHD<br />banyak ditemui<br />belum banyak dipahami<br />gejala mulai usia 7 tahun<br />terdiagnosa setelah beberapa tahun kemudian<br />Masalah :<br />Keluarga<br />Masyarakat<br />Proses belajar<br />Angka kejadian :<br />USA : 3 - 5 % dari anak SD - prapubertas<br />Inggris 1 % lebih rendah dari pada USA<br />♂ : ♀ = 3 : 1 - 5 : 1 , 8 : 1<br />Saudara kandung ADHD :<br />Resiko tinggi ADHD<br />Gangguan tingkah laku<br />Gangguan cemas / depresi<br />Prestasi akademik jelek<br />Penyebab ADHD<br />Tidak diketahui dengan pasti<br />Dicurigai<br />bahan beracun<br />prematuritas<br />hal - hal lain secara mekanis berpengaruh pada susunan syaraf pusat janin<br />penyedap makanan, zat pewarna, gula ( belum ada bukti )<br />faktor genetik<br />kerusakan otak<br />kondisi zat : kimia otak<br />proses kematangan otak<br />faktor psikososial<br />Gambaran klinis<br />Gejala pokok / inti :<br />Kurang kemampuan untuk memusatkan perhatian<br />Hiperaktivitas<br />Impulsivitas<br />Kurangnya kemampuan<br />Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail / rinci, sering membuat kesalahan karena ceroboh<br />Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas - tugas atau aktifitas bermain<br />Segera tidak mendengarkan sewaktu diajak bicara<br />Sering tidak mengikuti perintah / cenderung menentang dan tidak memahami perintah<br />Sering tidak dapat mengorganisir / mengatur tugas - tugas / aktivitasnya<br />Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas - tugas yang menuntut ketahanan mental<br />Sering kehilangan barang<br />Perhatiannya mudah beralih<br />Pelupa<br />Hiperaktivitas<br />Kaki dan tangannya tidak dapat tenang<br />Berteriak - teriak di tempat duduknya<br />Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas<br />Berlari kesana kemari<br />Sulit melakukan aktivitas / bermain dengan tenang<br />Ada saja yang dilakukan<br />Seringkali bicara keras - keras<br />Impulsivitas<br />Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan<br />Sulit untuk dapat menunggu giliran<br />Sering menginterupsi / menyela orang lain<br />ADHD dibagi 3 tipe :<br />tipe gangguan pemusatan perhatian ( GPP )<br />tipe hiperaktivitas dan impulsivitas<br />tipe campuran ( GPP + hiperaktivitas & impulsivitas )<br />Terapi :<br />farmako terapi ( obat - obatan )<br />psiko terapi<br />terapi perilaku<br />bimbingan belajar<br />Pada umumnya dengan memperbaiki fungsi keluarga, fungsi sosial penderita, mengurangi agresivitas diharapkan akan dapat menyembuhkan ADHD dengan optimal.<br />Prognosa :<br />gejala berkelanjutan sampai remaja / dewasa<br />memperbaiki pada masa pubertas<br />hiperaktivitas ( - ) tapi GPP & impulsivitas tetap ada<br />sering perbaikan terjadi pada usia 12 - 20 tahun<br />kebanyakan sembuh partial / sebagian<br /> resiko terjadi gejala tingkah laku anti sosial, gejala emosi, penggunaan zat.<br />15 - 20 % ADHD menetap sampai dewasa<br />anak ADHD kesulitan sosial, gejala psikiatri , mis : sekolah / keluarga<br />AUTISME MASA KANAK<br />Termasuk gangguan perkembangan pervasif<br />Gejala mulai timbul pada usia 3 tahun<br />Fungsi abnormal ( hendaya kualitatif )<br />Dalam 3 bidang yaitu :<br />interaksi sosial<br />komunikasi<br />perilaku terbatas dan berulang<br />Prevalensi :<br />0,02 - 0,05 ‰ anak usia < 12 tahun bila RM + autisme dimasukkan 0,2 ‰ ( 3/4 kasus autisme menderita RM )Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-23119438405665683552008-09-12T08:27:00.000-07:002008-09-12T08:28:08.136-07:00GANGGUAN ORIENTASI REALITAS<div align="center"> <strong>GANGGUAN ORIENTASI REALITAS</strong></div><br />Adalah seseorang yang:<br />Tidak mampu menerima rangsang eksternal secara adekuat.<br />Tidak mampu menilai keadaan secara realistik<br />Psikosa:<br />Kehilangan sence of reality.<br />GOR:<br />Gg pd fs otak<br />Rangsang eksternal<br />↓<br />Panca indera<br />↓<br />Transmitter (dopamin, serotonin)<br />Berperan dalam proses berpikir<br />↓<br />Otak<br />Terjadi pertimbangan:<br />Judgement<br />Comprehension<br />Memory<br />Penalaran<br />Penerapan (persepsi)<br />↓<br />Respon neurobiologik:<br />Proses berpikir<br />Afek/emosi<br />Persepsi Dx Medik/Keperawatan<br />Psikomotor<br />Kemauan<br />Skizofrenik : sering muncul karena masalah psikososial.<br />Pada keadaan psikotik/skizofren, terdapat pe↑ dopamin/serotonin di piramidal (kortex) dan sistem limbik.<br />Anamnese kep. jiwa: anamnese terbuka, sehingga klien menjelaskan masalahnya panjang lebar.<br />Pada PPDGJ III Skizofrenia didiagnosa setelah terdapat gejala selama 1 bulan, sebelumnya (PPDGJ II) = 6 bulan.<br />Proses berpikir:<br />Non realistik : sebab-akibat, cara bicara tidak sesuai realita<br />Autistik : hidup di alam pikiran sendiri, dimanifestasikan dengan menarik diri, bicara sendiri, menangis, tertawa → biasanya karena waham/halusinasi.<br />Kini autisme banyak diderita anak-anak → IQ↓, kejang, < kasih sayang.<br />Cara menilai proses berpikir:<br />Bentuk : realistik/non realistik<br />Arus : jalannya berpikir → cara berkomunikas, kesinambungan antar kalimat<br />Asosiasi longgar → tidak ada hubungan antar kalimat<br />Inkoheren →<br />Flight of ideas →<br />Isi:<br />Waham →keinginan/keyakinan yang dipertahankan dan tidak realistik.<br />Pikiran tidak memadai (PTM) → eksentrik, tidak sesuai kenyataan dan tidak dipertahankan/berubah-ubah.<br />Afek:<br />Nada perasaan, senang/tidak senang disertai komponen tingkah laku → yang tahu hanya diri sendiri.<br />Emosi:<br />Manifestasi dari afek, bersifat sementara (sebentar), banyak dipengaruhi komponen fisiologis.<br />Exp.: tertawa, menangis<br />Gg afek-emosi (merupakan respon maladaptif), meliputi:<br />inadekuat : ketidaksesuaian antara afek dan emosi<br />dangkal : tidak menampakkan rasa senang atau sedih sekalipun ia berada dalam realitas senang/sedih.<br />euforia : menampakkan rasa senang yang berlebihan (melebihi realitas yang ada) disertai komponen fisik<br />labil : mudah berubah dalam waktu singkat<br />Persepsi:<br />Halusinasi : ada penerapan tanpa rangsangan<br />Ilusi : penerapan yang keliru<br />Psikomotor:<br />Suatu keadaan yang dipengaruhi oleh proses berpikir.<br />Tipe: gaduh gelisah, pe↑/↓ psikomotor.<br />Pe↓ psikomotor ditandai:<br />Fleksibilitas serea → mempertahankan posisi yang dibuat orang lain<br />Katalepsi → mempertahankan posisi bila hendak diubah orang lain (biasanya pada skozofrenia stupor)<br />Pada Sk. Stupor terdapat bradikardia, sering salah alamat ke bedah/dalam karena menyerupai koma.<br />Penilaian kesadaran:<br />Kuatitatif → GCS<br />Kualitatif → penilaian scr relasi ybs dengan lingkungan (limitasi dan orientasi thd lingkungan)<br />Psikosa:<br />Organik (GMO, GMS)<br />Gg mental organik, jika penyebabnya intraserebral (meningitis, tumor otak)<br />Gg mental simptomatik, jika penyebabnya ekstraserebral (diabet, malaria)<br />An Organik<br />Psikosa reaktif (maks 2 minggu), jika lebih dari 2 minggu, mengarah pada:<br />Psikosa paranoid<br />Psikosa afektif salah satunya<br />Skizofrenia (gjl terdapat selama 1 bulan)<br />Skizofrenia hebefrenik: biasa, non realistik<br />Skizofrenia katatonik : autistik, afek-emosi dangkal, psikomotor ↓, kemauan ↓, tidak marah<br />Skizofrenia paranoid : waham paranoid dominan<br />Skizofrenia residual : ada gejala sisa yang kembali kambuh setelah keluar RS<br />Skizofrenia eksaserbasi : sudah pernah sembuh total (tanpa gejala sisa) kemudian terserang lagi di kemudian hari.Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-61858364606960403142008-09-12T08:21:00.000-07:002008-09-12T08:25:41.882-07:00GANGGUAN JIWA PADA LANJUT USIAGANGGUAN JIWA PADA USIA LANJUT<br />DELIRIUM<br />Merupakan SOO ( Sindroma Otak Organik ), yang ditandai dengan :<br />Fluktuasi kesadaran<br />Menurun - apatis<br />somnolent<br />sopor<br />coma<br />Meningkat - alert<br />sensitive<br /> Interval amnesia<br />Gangguan proses berpikir<br />Konsentrasi<br />Kebingungan<br />Persepsi<br />Halusinasi visual ( pada umumnya )<br />Psikomotor<br />Mengikuti gangguan berpikir & halusinasi<br />PENYAKIT PARKINSON<br />Sebagian besar depresi ( + )<br />PSIKOSA PADA LANSIA :<br />Paranoid parafrenia involusi<br />Gejala - gejala :<br />Waham ( keyakinan salah yang dipertahankan ) mula2 idea of reference<br />Kadang - kadang sebagai penyerta dementia<br />Premorbid<br />Schizofrenia<br />( kriteria dahulu < 45 tahun )<br />Gejala - gejala : = gejala schizofrenia pada orang muda<br />DD/ : dementia + halusinasi<br /> dementia : gangguan intelegensi ( + )<br /> schizofrenia : gangguan intelegensi ( - )<br />Terapi : neroleptika, dengan cara pemberian " start low, go slow ".<br />Jadi diawali dengan dosis rendah dan dinaikkan pelan 2.<br />Perawatan lansia harus holistik :<br />Diusahakan : Mandiri<br />Sejahtera<br />Ceria<br />Proaktif<br />Beriman<br />Dengan cara :<br />Pertahankan kesehatan : Olah raga<br />Daya ingat - kepandaian : TTS, berhitung, menyibukkan diri<br />Acara dari - untuk lansia : Santai, saling membantu & memberi masukan<br />Bila lansia sudah sangat menganggu MRS ( short stay inpatients )<br />Tx. : Pemberian obat harus hati - hati, prinsipnya " start low, go slow "<br />Obat neroleptika<br />Obat antidepressan<br />Obat - obat psikotropik pada lansia<br />Akibat terjadinya perubahan fisiologis pada lansia, ada perbedaan dngan usia muda :<br />Farmako kinetik :<br />Absorbsi ± sama ( kecuali antasida dengan golongan Benzodiazepin , sukar )<br />Metabolisme hepar : akumulasi obat bahaya toxis ( neroleptika )<br />Distribusi : lapisan lemak obat - obat yang larut dalam lemak lama ( + )<br />Eksresi : fungsi ginjal clearence obat «<br />Farmako kinetik :<br />Perubahan neurotransmiter akibat sel otak perpanjangan waktu paruh obat, Ex: Diazepam = 24 Jam 75 Jam<br />Perlu waktu yang lama untuk mencapai Steady State di plasma<br />Therapeutic window menjadi kecil<br />antara dosis Terapi dan dosis Toxic sempit<br />motto : " start low, go slow "<br />Mudah terjadi efek samping obat<br />Ex: Neroleptika : Thioridazin, Haloperidol<br />Anti cemas : jangan memberikan obat yang waktu paruhnya<br />panjang, lebih baik short acting<br />Anti depressan : gangguan jantung (+), pakailah yang gol. SSRI<br />Pengobatan holistik<br />Prinsip :<br />Perhatikan kondisi fisik<br />Pertahankan intelectual interest<br />Hobi lama, kesibukan baru<br />Pekerjaan yang berguna bagi rumah tangga<br />Teman baru ( + ) supaya tidak kesepian<br />Anggota keluarga mau mengerti, menyesuaikan ( + )<br />Bila perlu MRS : short stay inpatients<br />rasa dikucilkan<br />bawa barang - barang sendiri<br />hati - hati terhadap obat - obatan harus sesuai petunjuk dokter<br />Filosofi :<br />Peningkatan kualitas hidup<br />badan jaga stabilitas ( perbaiki keadaan fisik )<br />jiwa cita - cita , tujuan hidup, kehidupan emosi<br />lingkungan hindari isolasi , seatap / bersaudara, tamu -- bisa mrp. penyegaran<br />spiritual penebalan iman ---- meninggal dalam iman.<br />Bila lansia betul - betul jompo , memerlukan Bed Ridden :<br />ganti posisi setiap 2 Jam<br />ngompol ( + ) ganti tiap 2 Jam<br />ngompol ( - ) ganti tiap 4 Jam<br />perhatikan intake : makan / minum<br />Penatalaksanaan MRS ( short stay inpatients )<br /> ingat !! bisa terjadi tambah dementia, o/k stress fisik & psikis<br /> jangan menambah bingung pasien<br />perkenalkan staf / ruangan<br />bawa benda - benda pribadi<br />yang merawat jangan banyak - banyak<br />physio terapi : gerak badan -- senam o/k : 1 minggu tanpa aktifitas , 10 - 15 %<br />otot - otot mengalami penurunan fungsi<br />occupational terapi<br /> fungsi hidup sehari - hari :<br />kewajiban ( mandi, makan )<br />rehabilitasi daya ingat<br />ketrampilan ( lama & baru )<br />sosialisasi dan keluarga<br /><br /><br />KEJADIAN KEHIDUPAN<br />KELUARGA :<br />Kematian pasangan<br />Cerai<br />Perpisahan<br />Kematian keluarga dekat<br />Perkawinan<br />Rujuk ( kawin )<br />Perubahan anggota keluarga<br />Kehamilan<br />Penambahan anggota baru keluarga<br />Kesulitan hubungan seksual<br />Bertengkar dengan pasangan<br />Anak meninggalkan rumah<br />Masalah dengan mertua<br />Perubahan kondisi tempat tinggal<br />Pindah rumah<br />Perubahan sekolah, gereja, rekreasi<br />Perubahan aktifitas sosial<br />Perubahan pola tidur<br />Perubahan jml klg yg tinggal bersama<br />Perubahan pola makan<br />Cuti<br />Liburan<br /><br /><br />NILAIstress<br />100<br />73<br />65<br />63<br />50<br />45<br />44<br />40<br />39<br />39<br />35<br />29<br />29<br />25<br />20<br />20<br />19<br />16<br />15<br />15<br />13<br />12<br /><br /><br />KEJADIAN KEHIDUPAN<br />PERUBAHAN INDIVIDU :<br />Penjara<br />Cedera atau penyakit<br />Kematian teman dekat<br />Prestasi istimewa<br />Perbaikan kebiasaan<br />Pelanggaran hukum ringan<br />PEKERJAAN / SEKOLAH :<br />PHK<br />Pensiun<br />Penyesuaian bisnis<br />Ganti pekerjaan<br />Ganti jabatan ( promosi / turun )<br />Pasangan berhenti / mulai bekerja<br />Mulai / berhenti sekolah<br />Masalah dengan majikan<br />FINANSIAL :<br />Perubahan status ekonomi<br />Hutang lebih Rp.10 Juta<br />Penyitaan<br />Hutang kurang Rp. 10 Juta<br /><br /><br />NILAI stress<br />63<br />58<br />37<br />28<br />24<br />11<br />47<br />45<br />39<br />36<br />29<br />26<br />26<br />23<br />38<br />31<br />30<br />17<br /><br /><br />Penilaian Score :<br />150 - 199 Stress Ringan - 37 % dapat sakit<br />200 - 299 Stress Sedang - 51 % sakit dalam 2 minggu<br /> 300 Stress Berat - 79 % segera jatuh sakitAsuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-12061949683173466772008-09-12T08:19:00.002-07:002008-09-12T08:20:00.773-07:00RESIKO BUNUH DIRIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU MERUSAK DIRI S/D KECENDRUNGAN BUNUH DIRI<br />Ada 2 jenis “Tingkah Laku” Merusak diri<br /> Secara Langsung<br />Segala bentuk kegiatan bunuh diri yang tujuannya menyebabkan kematian<br />Dilakukan secara sadar dan singkat<br />Misal : Gantung diri, lompat dari ketinggian,dll<br />Secara Tidak langsung<br />Kegiatan yang merugikan kehidupan fisik yang dapat menimbulkan kematian<br />Dilakukan secara tidak sadar<br />Dalam wakyu yang lama<br />Misal : Olah Raga resiko tinggi, menolak pengobatan, mogok makan, dll<br />RENTANG RESPON ‘SELF PROTEKTIF’<br />Berani ambil resiko<br />Dalam bunuh diri Melukai diri<br />Menghargai diri Tingkah laku merusak Bunuh diri<br />Meningkatkan diri tak langsung<br />( Stuart & Sundeen, 1995)<br />BUNUH DIRI<br />Adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan<br /> Jakarta : 2-3 / 100 000 penduduk (Prayitno,1983)<br />Kejadian Laki-laki : Wanita = 3 : 1 ( Staurt Sundeen, 1987)<br />Saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik<br />perlu kewaspadaan perawat<br />PERNYATAAN YANG SALAH TENTANG BUNUH DIRI<br />Ancaman bunuh diri hanya untuk menarik perhatian, sehingga tidak perlu ditanggapi serius.<br />‘Bunuh Diri’ tidak memberi tanda. (kenyataannya 8 dari 10 orang memberi tanda secara verbal tentang bunuh diri)<br />Bahaya membicarakan pikiran bunuh diri (Penting pengkajian dilakukan secara akurat tentang rencana bunuh diri)<br />Kecendrungan ‘Bunuh Diri’ adalah keturunan<br />Tidak ada data yang menunjang<br />Tingkah laku bunuh diri adalah individual<br />PENYEBAB / ALASAN BUNUH DIRI<br />Kegagalan adaptasi Stress<br />Rasa terisolasi oleh karena kehilangan hubungan interpersonal yang bermakna<br />Perasaan marah bermusuhan (Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri)<br />Cara mengakhiri keputusasaan<br />Tangisan minta tolong (oleh karena memiliki penderitaan yang berat)<br />PENYEBAB BUNUH DIRI PADA ANAK<br />Pelarian dari penganiayaan/Perkosaan<br />Situasi keluarga yang kacau<br />Rasa tidak disayang, selalu dikritik<br />Gagal sekolah<br />Takut/ Dihina di sekolah<br />Kehilangan orang yang dicintai<br />Dihukum orang lain<br />PENYEBAN BUNUH DIRI PADA REMAJA<br />Hubungan interpersonal yang tidak bermakna<br />Sulit mempertahankan hubungan interpersonal<br />Pelarian dari penganiayaan fisik/ perkosaan<br />Perasaan tidak mengerti orang lain<br />Kehilangan orang yang dicintai<br />Keadaan fisik<br />Masalah dengan orang tua<br />Masalah seksual<br />Depresi<br />PENYEBAB BUNUH DIRI PADA MAHASISWA<br />Self ideal terlalu tinggi<br />Cemas akan tugas akademik yang banyak<br />Kegagalan akademik = Hilang penghargaan. Kasih saying orang tua<br />Kompetisi untuk sukses<br />PENYEBAB BUNUH DIRI PADA USILA<br />Perubahan Status mandiri dan tergantung<br />Penyakit yang menurunkan fungsi<br />Kesepian dan isolasi social<br />Kehilangan Ganda ( pekerjaan, kesehatan, pasangan, kawan dsb)<br />Sunber hidup berkurang<br />RESIKO BUNUH DIRI<br />Faktor<br />Resiko Tinggi<br />Resiko Rendah<br />Umur<br />Jenis Kelamin<br />Status<br />Jabatan<br />Pekerjaan<br />Penyakit Fisik<br />Gangguan mental<br />Obat<br />45 th dan remaja<br />Laki-laki<br />Cerai, pisah, janda/duda<br />Profesional<br />Pengangguran<br />Kronik, terminal<br />Depresi, halusinasi<br />Ketergantungan<br />25-45 & < 12 th<br />Perempuan<br />Kawin<br />Pekerja kasar<br />Pekerja<br />-<br />Gangguan kepribadian-<br />SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE)<br />= Tidak ada ide ‘BD’ yang lalu & sekarang<br />= Ada ide BD, tidak ada percobaan , tidak mengamcam bunuh diri<br />= Memikirkan BD dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri<br />= Mengancamkan Bunuh diri (‘ Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri )<br />= Ada percobaan bunuh diri<br />ASUHAN KEPERAWATAN<br />Pengkajian :<br />Faktor predisposisi : ( Gangguan alam perasaan )<br />Penyebab – Alasan Bunuh diri<br />Tanda “ Verbal “<br /> ‘ Seandainya saya mati dari dulu’<br /> ‘ Semua orang akan baik jika saya mati ‘<br /> ‘ Saya tidak akan buat maalah lagi ‘<br /> ‘ Agar saya dapat memkberikan tubuh saya untuk ilmu kedokteran’Dsb !<br />Tanda “ Non Verbal “<br />‘Memberikan bensa yang bersifat pribadi<br />menulis catatan ‘ Selamat tinggal’<br />Membuat wasiat<br />Gangguan tidur, nafsu makan menurun, isolasi social ,irritable, Hopolesness<br />Pengkajian detail rencana Bunuh Diri<br />Waktu<br />Tempat Resiko tinggi<br />Jenis<br />Metode (senjata, lompat, gantung)<br />Diagnosa Keperawatan<br />Potensuial Bunuh Diri b.d<br />ketidakmampuan menangani stress<br />krisis yang tiba-tiba<br />perasaan depresi, hoplesness<br />Koping individu yang tidak efektif b.d keinginan bunuh diri sebagai pemecahan masalah<br />Gangguan konsep diri; rendah diri b.d kegagalan (disekolah, hubungan interpersonal, dll)Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-53522379084097786192008-09-12T08:14:00.000-07:002008-09-12T08:17:40.225-07:00HARGA DIRI RENDAH<div align="center">HARGA DIRI RENDAH</div><div align="center"> </div><div align="justify"><br />DEFINISI<br />Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).<br /><br />Aktualisasi diri<br />Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.<br />Konsep diri positif<br />Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.<br />Harga diri rendah<br />Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.<br />Kerancunan identitas<br />Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain – lain.<br />Dipersonalisasi<br />Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena orang lain.<br />Kepribadian yang sehat mempunyai konsep diri sebagai berikut :<br />Konsep diri posistif<br />Gambaran diri yang tepat dan positif<br />Ideal diri yang realistis<br />Harga diri yang tinggi<br />Penampilan diri yang memuaskan<br />Identitas yang jelas<br />FAKTOR PENYEBAB<br />Teori penyebab<br />Situasional<br />Yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan cerai, putus sekolah, Phk, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).<br />HDR pada pasien yang dirawat disebabkan oleh :<br />Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis pemasangan kateter).<br />Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau sakit atau penyakitnya.<br />Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.<br />Kronik<br />Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.<br />Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan malu anak belajar mengendalikan diri dan kepercayaan diri, sebabnya bila banyak dikendalikan dari luar maka akan timbul bibit keraguan dan rasa malu yang berlebihan.<br />Faktor Predisposisi<br />Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah<br />Faktor Presipitasi<br />Ketegangan peran<br />Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi<br />Konflik peran<br />Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan<br />Peran yang tidak jelas<br />Kurangnya pengetahuan individu tentang peran<br />Peran yang berlebihan<br />Menampilkan seperangkat peran yang konpleks<br />Perkembangn transisi<br />Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri<br />Situasi transisi peran<br />Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu<br />Transisi peran sehat-sakit<br />Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.<br />Tanda dan Gejala<br />Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.<br />Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.<br />Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.<br />Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.<br />Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif tindakan.<br />Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.<br />Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai berikut :<br />Produktivitas menurun.<br />Mengukur diri sendiri dan orang lain.<br />Destructif pada orang lain.<br />Gangguan dalam berhubungan.<br />Perasaan tidak mampu.<br />Rasa bersalah.<br />Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.<br />Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.<br />Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.<br />Pandangan hidup yang pesimis.<br />Keluhan fisik.<br />Pandangan hidup yang bertentangan.<br />Penolakan terhadap kemampuan personal.<br />Destruktif terhadap diri sendiri.<br />Menolak diri secara sosial.<br />Penyalahgunaan obat.<br />Menarik diri dan realitas.<br />Khawatir.<br />Akibat harga diri rendah berkepanjangan (kronis).<br />Klien akan mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.<br />HDR kronis berlangsung lama tanpa adanya intervensi yang terapeutik dapat menyebabkan terjadinya kekacauan identitas dan akhirnya terjadi di personalisasi.<br />Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrogasikan aspek – aspek.<br />Identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikologi – psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.<br />Depersonalisasi adalah perasaan tidak realita dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat meredakan dirinya dengan orang lain.<br /></div><div align="justify"><br />Mekanisme koping individu<br />tidak efektif.<br />Masalah Keperawatan<br />Gangguan konsep diri : HDR<br />DS : - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri.<br />- Mengeluh tidak mampu dilakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.<br />- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan menyalahgunakan diri sendiri.<br />DO : - Kontak mata kurang, sering menunduk.<br />- Mudah marah dan tersinggung.<br />- Menarik diri.<br />- Menghindar dari orang lain.<br />2. Perubahan penampilan peran<br />DS : - Ungkapan peranannya saat ini yang tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.<br />DO : - Adanya keluhan fisik.<br />- Perubahan dalam tanggung jawab.<br />3. Kerusakan interaksi sosial sama dengan menarik diri.<br />DS : - Ungkapan yang terbatas pada ya atau tidak tahu.<br />DO : - Tidak adanya kontak mata, selalu menundukkan kepala.<br />- Berdiam diri di kamar, afek tumpul, menyendiri.<br />- Menolak diajak berbincang – bincang.<br />- Posisi tidur janin.<br />4. Keputusasaan<br />DS : - Mengungkapkan ketidakmampuan mengontrol dan mempengaruhi pikiran.<br />- Enggan mengekspresikan perasaan yang sebelumnya.<br />- Mengungkapkan keputusan.<br />- Mengatakan kata – kata pesimis.<br />- Menyatakan secara tidak ada cara untuk memproleh hubungan dengan orang lain.<br />DO : - Respon terhadap stimulasi terlambat / melambat.<br />- Kurang berenergi.<br />- Pasif tampak apatis.<br />- Lebih banyak tidur menarik diri.<br />- Marah.<br />Kerusakan komunikasi<br />DS : - Sukar dimengerti, bila klien tidak mau berkomunikasi.<br />- Mengungkapkan hal – hal yang tidak sesuai dengan non verbalnya.<br />DO :- Menolak berkomunikasi<br />- Berbicara dengan nada yang tidak jelas.<br />- Tampak mimik wajah tidak sesuai dengan verbal<br />Resiko tinggi intoleran aktivitas<br />DS : - Klien mengungkapkan menolak aktivitas<br />DO :- Pasif<br />- Tampak menyendiri / menghindar dari kegiatan yang ada orang lain.<br />- Tidak peduli dengan aktifitas hidup sehari – hari.<br />Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : halusinasi<br />DS : - Klien mengatakan mendengar suara, melihat sesuatu, mengucap rasa, sesuatu, mencium bau yang nyata.<br />DO : - Klien berbicara, senyum – senyum, tertawa sendiri.<br />- Bersikap curiga dengan orang lain atau sekitar dan bermusuhan.<br />- Berbicara kacau, kadang – kadang tidak masuk akal.<br />- Tidak dapat membedakan hal – hal yang nyata dan tidak nyata.<br />Defisit perawatan diri<br />DS : - Klien mengatakan malas untuk beraktifitas mandi, makan ganti pakaian dll.<br />DO : - Pakaian kotor, penampilan tidak rapi.<br />- Rambut kusut, kotor, bau tidak sedap.<br />- Personal hygiene yang kurang.<br />- Makan tak mau / menolak.<br />- BAB / BAK tidak terkontrol.<br />Resiko perilaku pada diri sendiri, orang lain / lingkungan<br />DS : - Mengatakan mendengar suara yang negatif tentang orang lain, ancaman, ejekan.<br />DO : - Mudah tersinggung, jengkel, marah.<br />- Ekspresi wajah tegang.<br />- Memukul atau menyakiti orang lain.<br />Merusak lingkungan sekitar.<br />Diagnosa Keperawatan<br />Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.<br />HDR berhubungan dengan mekanisme koping individu tidak efektif.<br />HDR berhubungan dengan gangguan citra tubuh.<br />HDR berhubungan dengan ideal diri tidak realistis.<br />Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.<br />Keputusan berhubungan dengan hdr.<br />Kerusakan komunikasi berhubungan dengan HDR.<br />Resiko tinggi isolasi sosial berhubugan dengan HDR.<br />Intoleran aktivitas berhubungan dengan menarik diri.<br />Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleran aktifitas.<br />Resiko tinggi perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri.<br />Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.<br />Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain akan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.<br /></div><div align="justify"><br />Rencana Keperawatan<br />Diagnosa : Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.<br />Tujuan umum : Klien dapat melanjutkan peran berhubungan dengan tanggung jawab.<br />Tujuan khusus :<br />Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.<br />Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dapat digunakan.<br />Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.<br />Klien dapat menerapkan (merencanakan) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.<br />Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.<br />Klien dapat meciptakan sistem pendukung yang ada.<br />Intervensi :<br />Bina hubungan saling percaya dengan cara selain terapoutik.<br />Bicara dengan jujur, singkat, jelas, mudah di mengerti.<br />Dengarkan pernyataan klien yang empati tentang halusinasi tanpa menentang atau menyetujui.<br />Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita.<br />Sediakan waktu untuk mendengarkan.<br />Katakan pada klien bahwa klien adalah orang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.<br />Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dapat dimuat dan bagian tubuh mana yang masih berfungsi dengan baik. Kemampuan yang dimiliki oleh klien, aspek positif yang dialami oleh klien. Jika klien tidak mampu mengungkapkan maka dimulai dengan perawat memberikan rein forcement terhadap aspek positif klien.<br />Setiap bertemu klien tindakan memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistic.<br />Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya penampilan klien dalam “self care” latihan fisik dan ambulasi serta aspek – aspek.<br />Diskusikan dalam kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit pasien.<br />Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai dengan kemampuan kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagai bantuan total.<br />Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan kondisi klien.<br />Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang lebih dilakukan klien.<br />Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.<br />Beri pujian atas kebersihan klien.<br />Diskusikan kemungkinan penatalaksanaan rumah.<br />6.1 Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara merawat klien dengan HDR.<br />6.2 Bantu dengan keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.<br />6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.<br />Rasional<br />Membina hubungan perawat – klien setiap akan melakukan tindakan merupakan langkah awal yang penting sehingga klien mempercayai perawat sehingga berinteraksi dengan perawat. Sikap jujur bersahabat akan menimbulkan kepercayaan kepada klien sehingga memudahkan untuk berkomunikasi.<br />Mengetahui persepsi klien terhadap kondisinya.<br />Klien merasa dihargai karena ada orang yang mau mendengarkannya bicara.<br />Dengan memberikan rewards, maka harga diri klien akan meningkat sehingga timbul perasaan berharga dan meningkatkan percaya diri.<br />Menggali kemampuan positif klien kemudian ditonjolkan sehingga klien merasa hidupnya berarti. Dengan memberikan reinforemen klien akan menyadari bahwa dirinya mempunyai kelebihan seperti orang lain.<br />Penilaian negatif akan menambah klien merasa rendah diri / HDR dengan menunjukkan kemampuan klien / membuat klien beraktifitas akan menambah perasaan berguna bagi klien sehingga akan meningkatkan harga diri.<br />Dapat di ketahui kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan mulai dilatih aktivitas yang dibantu sehingga klien dapat melakukannya secara mandiri, memberikan contoh kegiatan yang di dapat dilakukan klien kelak takut melakukan aktivitas tersebut.<br />Membuat kesempatan pada klien untuk menunjukkan kemampuan dan memberikan pujiannya akan meningkatkan harga diri klien.<br />Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawancara keluarga tentang cara merawat klien, keluarga merupakan faktor penting dalam penanggulangan masalah, keluarga juga merupakan lingkungan pertama sebelum ke masyarakat.<br />Hasil yang diharapkan.<br />Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita.<br />Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik , internal, sistem pendukung).<br />Klien berperan serta dalam perawatan di derita.<br />Percaya diri klien meningkat dengan menerapkan keinginan atau tujuan yang realistis.<br />Strategi pelaksanaan<br />Masalah : Harga Diri Rendah<br />Pertemuan : Ke - 1 (pertama)<br />Proses Keperawatan<br />Kondisi Klien<br />Mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, malu bertemu orang lain, melamun.<br />Diagnosa Keperawatan<br />Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.<br />Tujuan Khusus<br />Klien dapat membina hubungan saling percaya.<br />Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki.<br />Tindakan Keperawatan<br />Bina hubungan saling percaya.<br />Diskusikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki klien.<br />Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.<br />Utamakan memberi nilai yang realitas.<br />Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan<br />Orientasi<br />Salam terapeutik.<br />- Selamat pagi mas ?<br />- Perkenalkan nama saya Jepi dari AKPER Ngudi Waluyo Ungaran, saya dinas disini 4 minggu.<br />- Nama mas siapa ? mas suka dipanggil siapa ?<br />Evaluasi / validasi<br />- Bagaimana perasaan mas kali ini ?<br />- Apa yang menyebabkan mas masuk / dirawat di RSJ Magelang ini !<br />Kontrak<br />- Topik : Bagimana kalau kita bincang – bincang sebentar tentang hal – hal positif yang bisa mas lakukan sehari – hari ?<br />- Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ?gimana kalu waktunya 10 menit saja ?<br />- Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?<br />Kerja<br />Apa yang menyebabkan mas dari tadi kelihatan melamun dan terus menyendiri, memandang ke bawah terus ?<br />Kegiatan apa yang masa lakukan sehari – hari ?<br />Bagus ternyata mas mempunyai suatu keahlian yang tidak semua orang bisa ?<br />Terminasi<br />Evaluasi subjektif<br />Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang saat ini ?<br />Evaluasi obyektif<br />Coba mas sebutkan kembali yang menyebabkan mas selalu merendahkan diri & tidak mau bicara ?<br />Rencana tindak lanjut<br />Baiklah, sekarang mas coba ingat kembali hal lain yang dapat menyebabkan mas tidak mau bicara dengan orang lain, kok mas selalu merendah & sebutkan kegiatan positif yang mas miliki.<br />Kontrak<br />Topik : mas ingin tahu tidak, bagaimana cara menilai kemampuan yang mas miliki yang dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya. Bagaimana kalu nanti kita bicara ?<br />Tempat : mas nanti minta kita bincang – bincang dimana ?<br />Bagaimana kalau kita di ruang makan mas ?<br />Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang aja mas?<br />Strategi pelaksanaan<br />Masalah : Harga Diri Rendah<br />Pertemuan : Ke – 2 (Kedua)<br />Proses Keperawatan<br />Kondisi klien<br />Pasien murung, sering tiduran di kamar, jarang bicara sama orang lain.<br />Diagnosa keperawatan<br />Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR<br />Tujuan khusus<br />Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.<br />Tindakan keperawatan<br />Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.<br />Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.<br />Utamakan memberi pujian yang realistis.<br />Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan<br />Orientasi<br />Salam terapeutik<br />Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan saya ?<br />Evaluasi / validasi<br />Bagaimana perasaan mas hari ini<br />Mas masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemasin ?<br />Kontrak<br />Kita kemarin sudah kontrak, bahwa hari ini kita akan berbincang – bincang tentang bagaimana mas dapat menilai kemampuan yang mas miliki ?<br />Mas ingin kita bincang – bincang berapa lama ?<br />Mau dimana mas tempatnya ? Oh ya kemarin kita sudah sepakat kita bincang – bincang di ruang makan selama 10 menit ya mas ? mas mau kan ?<br />Kerja<br />Selama mas disini kegiatan apa saja yang mas lakukan.<br />Sebelum mas disini, mas pernah punya ketrampilan ? bisa mas sebutkan ketrampilan yang pernah mas miliki tersebut ?<br />Mas pernah mendapatkan penghargaan tentang ketrampilan yang mas miliki ini ?<br />Mas bisa memanfaatkannya kembali ?<br />Terminasi<br />Evaluasi subyektif<br />Bagaimana perasaan mas saat ini setelah kita bincang – bincang banyak tentang kegiatan yang mas miliki tadi ?<br />Evaluasi obyektif<br />Coba mas sebutkan lagi kegiatan apa saja tadi yang mas miliki ?<br />Rencana tindak lanjut<br />Mas masih ingat dengan topik yang kita bicarakan tadi ? untuk pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan tentang bagaimana merencanakan kagiatan sesuai dengan kemampuan yang mas miliki, mas mau kan ?<br />Kontrak<br />Untuk pertemuan besok kita akan berbincang – bincang tentang merencanakan kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang mas miliki, mas mau kita berbincang – bincang dimana ? Gimana kalau waktunya pagi jam 09.00 aja masnya setuju kan ?<br />Strategi pelaksanaan<br />Masalah : Harga Diri Rendah<br />Pertemuan : Ke – 3 (Ketiga)<br />Proses Keperawatan<br />Kondisi klien<br />Klien sudah mau berkumpul sama teman – temannya.<br />Diagnosa keperawatan<br />Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR<br />Tujuan khusus<br />Pasien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.<br />Tindakan keperawatan<br />Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.<br />Kegiatan mandiri.<br />Kegiatan dengan bantuan sebagian.<br />Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.<br />Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.<br />Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.<br />Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan<br />Orientasi<br />Salam terapeutik<br />Selamat pagi mas, mas masih ingat nama saya mas ?<br />Evaluasi / validasi<br />Bagaimana mas apa masih ingat tentang pembicaraan kita kemarin mas?<br />Kontrak<br />Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan membicarakan & membahas tentang rencana yang akan kita lakukan mas ?<br />Waktu : jam berapa mas, kita akan berbincang – bincang lagi mas ? berapa lama mas ?<br />Tempat : mau di tempat ini atu mau bincang – bincang dimana mas?<br />Kerja<br />Pada pertemuan pertama mas menyatakan bisa memotong rambut, lalu kemampuan tersebut dapat mas lakukan disini maupun setelah mas pulang dari sini, mas bisa mengekspresikan perasaan mas dengan momotong rambut temannya. Dengan memotong rambut perasaan mas agak terhibur. Dan nanti kalau mas sudah pulang mas bisa membuka salon dan mas bisa mempunyai penghasilan sendiri dari hasil memotong rambut.<br />Terminasi<br />Evaluasi subyektif<br />Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang selama ini ?<br />Evaluasi obyektif<br />Coba mas sebutkan kemampuan apa yang bisa dilakukan mas ?<br />Rencana tindak lanjut<br />Bagaimana perasaan mas setelah kita membicarakan topik ini sekarang bandingkan perasaan mas sebelum dan sesudah berbincang – bincang.<br />Kontrak yang akan datang<br />Topik : untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan selama mas sakit, mas setuju tidak ?<br />Waktu : jam berapa mas kita nanti bisa berbincang – bincang lagi ? mau berapa lama ?<br />Tempat : dimana mas kita nanti mau berbincang – bincang ? mas mau ditempat mana ?<br />Strategi pelaksanaan<br />Masalah : Harga Diri Rendah<br />Pertemuan : Ke – 4 (Keempat)<br />Proses Keperawatan<br />Kondisi klien<br />Tampak tenang, sudah mengobrol sama temannya, walau kadang masih suka menyendiri.<br />Diagnosa keperawatan<br />Isolasi : MD berhubungan dengan HDR<br />Tujuan khusus<br />Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.<br />Tindakan keperawatan<br />Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.<br />Beri pujian atas keberhasilan klien.<br />Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.<br />B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan<br />Orientasi<br />Salam terapeutik<br />Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan nama saya ?<br />Evaluasi / validasi<br />Bagaimana perasaan mas saat ini, apakah lebih baik dari hari kemarin.<br />Kontrak<br />Topik : bagaimana kalau kita kali ini membicarakan tentang kegiatan yang sesuai dengan kondisi & kemampuan mas yang dapat dilakukan saat ini ?<br />Tempat : mas mau dimana, apakah mau ditempat ini lagi?<br />Waktu : jam berapa mas bisa bincang – bincang lagi ? mas mau berapa lama ?<br />Kerja<br />Coba sekarang mas melakukan kegiatan yang telah kita bicarakan kemarin. Bagus kali ini mas dapat melaksanakannya kalau mas bisa berhasil. Mas bisa melaksanakannya dirumah, bagaimana mas setuju ?<br />Terminasi<br />Evaluasi subyektif<br />Coba mas ungkapkan perasaan mas saat ini bagaimana setelah kita bincang – bincang ?<br />Evaluasi obyektif<br />Coba mas sebutkan lagi kegiatan – kegiatan apa yang telah kita rencanakan tadi ?<br />Rencana tindak lanjut<br />Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang kali ini coba nanti mas ingat – ingat lagi, tentang apa yang telah kita bicarakan tadi .<br />Kontrak<br />Topik : mas mau tahu tidak, bagaimana cara memanfaatkan sistem pendukung yang ada, kalau mau nanti kita bisa bincang – bincang.<br />Waktu : jam berapa mas mau bincang – bincang dengan saya ? mau berapa lama ?<br />Tempat : mas mau mau ditempat ini atau ruang tamu saja ?<br />Strategi pelaksanaan<br />Masalah : Harga Diri Rendah<br />Pertemuan : Ke – 5 (Kelima)<br />Proses Keperawatan<br />Kondisi klien<br />Klien sudah bersosialisasi dengan teman yang lain, tampak ceria, jika ketemu orang klien memberi senyum.<br />Diagnosa keperawatan<br />Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR<br />Tujuan khusus<br />Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.<br />Tindakan keperawatan<br />Beri tahu pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.<br />Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.<br />Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.<br />Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan<br />Orientasi<br />Salam terapeutik<br />Selamat pagi mas ? masih ingat dengan saya mas ?<br />Evaluasi / validasi<br />Bagaimana perasaan mas pagi ini ?<br />Apakah saran – saran yang saya berikan sudah mas kerjakan ?<br />Kontrak<br />Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan berbincang – bincang tentang sistem pendukung yang ada dalam keluarga mas ?<br />Waktu : jam berapa mas kita akan bincang – bincang ?<br />Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?<br />Kerja<br />Coba ceritakan pada saya tentang saran – saran saya yang sudah mas lakukan.<br />Apakah keluarga mas sering menjenguk mas disini ?<br />Apa yang sering dibicarakan mas dengan keluarga mas ?<br />Terminasi<br />Evaluasi subyektif<br />Setelah berbincang – bincang beberapa pertemuan, bagaimana perasaan mas pagi ini ?<br />Evaluasi obyektif<br />Coba ceritakan pada saya bagaimana dengan saran yang mas lakukan ?<br />Rencana tindak lanjut<br />Coba mas ceritakan perasaan mas setelah sering dijenguk keluarga.<br />Kontrak yang akan datang<br />Topik : Bagus, mas sudah bisa melaksanakan saran saya sekarang sudah dapat berkumpul dengan keluarga, mas sudah bagus dan berhasil.<br /></div>Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-83141255097922685432008-09-12T08:11:00.000-07:002008-09-12T08:12:45.737-07:00HALUSINASI<div align="center">HALUSINASI</div><div align="center"> </div><div align="justify"><br />TINJAUAN TEORI<br />A. Proses Terjadinya Halusinasi<br />Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.<br />Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. setelah menikah selama tiga bulan, isteri meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.<br />Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, persaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.<br />Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas, piring, dan barang-barang lainnya. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi.<br />Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering mengajaknya berbicara. sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai. halusinasi memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.<br />Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”<br />Dengan adanya halusinasi ni, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguankebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.<br />Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S adalah perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).<br />Akibat dari menikmati susra-suara yang didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-lain.<br />Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien S. mendengar sura-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh roh halus untuk membanting piring, gelas, dan barang-barang lainnya.<br />B. Masalah Keperawatan<br />Dari masalah-masalah itu ditemukan diagnosa keperawatan sejumlah delapan buah, yaitu :<br />Gangguan orientasi realitas<br />Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri<br />Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal<br />Koping individu tidak efektif<br />Gangguan persepsi: Halusinasi dengar<br />Gangguan perawatan mandiri<br />Koping keluarga tidak efektif<br />Potensial melukai diri sendiri dan orang lain<br />Potensial amuk<br />Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh<br />Potensil kambuh<br />Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:<br />Potensial melukai diri sendiri dan orang lain<br />Isolasi sosial<br />Potensial amuk<br />Potensial kambuh.<br />C. Tindakan Keperawatan untuk semua masalah pada klien<br />Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :<br />Diagnosa Keperawatan 1<br />Potensial melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan halusinasi dengar.<br />Tujuan jangka panjang :<br />Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.<br />Rencana tindakannya :<br />Psikoterapeutik:<br />Adakan kontak yang sering dan singkat<br />Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi<br />Berikan kesempatan kepada klien menungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.<br />Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.<br />Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.<br />Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily Living)<br />Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian<br />Bersama klien mendiskusikan cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.<br />Bimbing klien pada kegiatan yang disukai<br />Psikofarmaka<br />Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.<br />Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.<br />Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.<br />Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.<br />Terapi Lingkungan<br />Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding, kelender.<br />Beri tanda/nama di ruangan klien<br />Panggila klien sesuai nama panggilan yang disukai klien<br />Petugas memakai papan nama.<br />Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien<br />Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap<br />Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.<br />Pendidikan Kesehatan :<br />Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.<br />Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi<br />Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi timbul.<br />Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.<br />Diagnosa keperawatan 2:<br />Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri<br />Tujuan jangka panjang :<br />Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain<br />Rencana tindakannya:<br />Psikoterapeutik<br />Bina hubungan saling percaya<br />Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien<br />Lakukan kontak yang sering dan singkat<br />Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.<br />Berikan reinforcement positif<br />Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.<br />Kegiatan sehari-hari (ADL)<br />Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci piring.<br />Psikofarmaka<br />Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.<br />Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.<br />Dampingi klien saat minum obat<br />Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.<br />Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.<br />Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.<br />Terapi Lingkungan<br />Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.<br />Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.<br />Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.<br />Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.<br />Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)<br />Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.<br />Pendidikan Kesehatan<br />Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.<br />Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.<br />Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri<br />Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri<br />Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.<br />Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara teratur pada klien dan keluarga.<br />Diagnosa Kepererawatan 3<br />Potensial amuk sehubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah ayng konstruktif.<br />Tujuan jangka panjang :<br />Klien tidak amuk<br />Rencana tindakannya:<br />Psikoterapeutik<br />Berespon terhadap respon verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam<br />Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.<br />Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.<br />Kegiatan sehari-hari (ADL)<br />Anjurkan klien untuk makan makanan yang telah disajikan.<br />Anjurkan klien untuk menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, bersihkan taman, dan lain-lain.<br />Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan yang disenangi.<br />Psikofarmaka<br />Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.<br />Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.<br />Dampingi klien saat minum obat<br />Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.<br />Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.<br />Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.<br />Terapi Lingkungan<br />Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien<br />Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya. seperti benda tajam, dan alat pecah belah.<br />Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.<br />Pendidikan Kesehatan<br />Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif<br />Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif<br />Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif<br />Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif<br />Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah<br />Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan klien marah.<br />Diagnosa Keperawatan 4<br />Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya minat<br />Tujuan Jangka Panjang:<br />Klien mampu memelihara kebersihan dirnya<br />Rencana tindakan<br />Psikoterpeutik<br />kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri<br />Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien<br />Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.<br />Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien<br />Kegiatan sehari-hari (ADL)<br />Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.<br />Bersama kliem menyiapkan alat-alat kebersihan diri.<br />Psikofarmaka<br />Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.<br />Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.<br />Dampingi klien saat minum obat<br />Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.<br />Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.<br />Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.<br />Terapi lingkungan<br />Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)<br />Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.<br />kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk mengadakan kebersihan diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.<br />Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.<br />Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.<br />Pendidikan kesehatan<br />Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri<br />Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong kuku kalau panjang.<br />Diskusikan cara mandi yang benar.<br />Anjurkan klien ganti baju setiap hari<br />Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.<br />Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan kebersihan diri<br />Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.<br />Diagnosa Keperawatan 5<br />Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah<br />Tujuan Jangka Panjang :<br />Klien tidak kambuh<br />Recana tindakannya :<br />Psikoterapeutik:<br />Bina hubungan saling percaya dengan keluarga<br />Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien<br />Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.<br />Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya<br />Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.<br />Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien<br />Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)<br />Kegiatan sehari-hari (ADL)<br />Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.<br />Buatlah jadwal tentang kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah<br />Psikofarmaka<br />Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.<br />Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.<br />Dampingi klien saat minum obat<br />Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.<br />Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.<br />Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.<br />Terapi Lingkungan<br />Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien<br />Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.<br />Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam<br />Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri<br />Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.<br />Pendidikan Kesehatan<br />Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.<br />Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.<br />Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.<br />Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.<br />Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.<br />Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan<br />Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan<br />Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.<br /></div>Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-43521072913619095342008-09-12T08:08:00.000-07:002008-09-12T08:10:23.025-07:00MENARIK DIRIPENDAHULUAN<br />Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( isolasi diri ). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.<br />Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/ stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan / diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup se hari –hari kurang adequat.<br /><br /><br />TINJAUAN TEORI<br />PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN<br />Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins, 1993). Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.(Carpenito, 1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.<br />Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan dan kecemasan.<br />Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial yang maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini tidak dapat dilalui dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya, 2) faktor genetik dimana salah satu faktor yang menunjang adalah adanya respon sosial yang maladaptif dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3) faktor komunikasi dalam keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang tidak mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.<br />Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.<br />Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut, sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.<br />Pada kasus tuan S awal kejadiannya disebabkan karena adanya ancaman dari teman-temannya bahwa klien tidak akan di ajak bergaul dengan teman group musiknya bila tidak mengikuti aturan main, padahal teman-temannya bermaksud bergurau, tapi klien merasa malu. Hal itu terjadi tahun 1995 ketika klien masih duduk di bangku STM kelas II dan klien dirawat di Rumah sakit selama 9 hari. Selanjutnya klien berobat jalan, namun sudah kurang lebih 1,5 tahun klien tidak pernah berobat. Kejadian yang menyebabkan klien MRS yang kedua ini berawal dari keinginan klien dan keluarga agar klien melamar pekerjaan di tempat kerja pamannya yang berada di Banjarmasin , tapi gagal. Akibat kegagalanya ini klien merasa kecewa karena klien berangan angan bila bekerja dapat membantu penghasilan keluarga. Sebagai anak tertua klien merasa harus dapat membantu orangtuanya. Selanjutnya klien merasa tidak berguna, lalu menarik diri dengan menyendiri dalam kamar sambil termenung, tidak mau merawat diri, tidak mau makan, kadang-kadang bicara sendiri atau ngomel-ngomel tanpa sebab jelas. Bila diajak bicara bicaranya ngelantur, tidsk terarah dan terkadang diam tidak mau menjawab, akhirnya terjadi gangguan komunikasi verbal. Dalam kehidupan sehari hari klien tidak mau bergaul dengan tetangga dan tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya.<br />Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik diri, resiko tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri ( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn S adalah : Isolasi sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, , koping keluarga tidak efektif : penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif, defisit perawatan diri. .<br />TINDAKAN KEPERAWATAN<br />Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di atas digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen (1995 ).<br />ISOLASI SOSIAL : Menarik diri<br />Prinsip tindakan<br />Bina hubungan saling percaya<br />Interaksi sering dan singkat<br />Dengarkan dengan sikap empati<br />Beri umpan balik yang positif<br />Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat<br />Jujur dan menepati semua janji<br />Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal ruangan, minat serta kemampuan klien<br />Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien dengan kelompok kecil, klien dengan kelompok besar<br />Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi<br />Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain<br />Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada<br />Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan<br />HARGA DIRI RENDAH<br />Prinsip Tindakan :<br />Perluas kesadaran klien<br />Bina hubungan saling percaya<br />Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki<br />Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik<br />Dukung ekplorasi diri klien<br />Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya<br />Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain melalui keterbukaan<br />Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada diri klien<br />Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik<br />Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah<br />Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.<br />PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI ; Resiko halusinasi lihat dan dengar<br />Prinsip tindakan :<br />Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat<br />Kaji gejala halusinasi<br />Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi<br />Tidak mendukung atau menentang halusinasi<br />Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami<br />Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )<br />Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi<br />Hadirkan realitas<br />Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan kontak mata<br />Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi<br />Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan<br />Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien<br />DEFISIT PERAWATAN DIRI<br />Prinsip Tindakan :<br />Ciptakan lingkungan yang tenang<br />Fasilitasi peralatan perawatan diri klien<br />Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri<br />Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri<br />Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan diri.<br />PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF<br />Prinsip tindakan :<br />Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang diperlukan<br />Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien<br />Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung<br />BAB IV<br />P E L A K S A N A A N<br />Asuhan keperawatan terhadap Tn S dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan. Di bawah ini akan diuraikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa, evaluasi serta tindak lanjutnya.<br />Diagnose keperawatan<br />Perubahan sensori persepsi : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan menarik diri<br />Tujuan Umum :<br />Klien dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya sehingga halusinasi lihat dan dengar tidakterjadi.<br />Implementasi :<br />Pada pertemuan pertama , perawat membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara : mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang dan penuh perhatian dengan menemani klien dan membuat kontrak yang jelas. Melakukan interaksi sering dan singkat. Membicarakan dengan klien penyebab menarik diri. Mendiskusikan akibat menarik diri,mendiskusikan keuntungan dalam berinteraksi dengan orang lain. Memotivasi klien untuk bersosialisasi dengan perawatlain, klien lain secara bertahap. Memberikan pujian saat klien mau berinteraksi dengan perawat lain dan klien lain. Mendampingi klien saat memulai interaksidengan perawat lain atau klienlain, menyusun aktivitas sehari -–ari klien sesuai kemampuannya, kesanggupannya serta dengan perencanaandi ruangan.<br />Evaluasi :<br />Pada pertemuan ke 3 hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan lebih baik. Tetapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya. Klien juga belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi denganorang lain. Pada pertemuan ke 4 sudah bisa bersosialisasi dengan perawat lain dan klien lain., tapi masih belum bisa menyebutkan penyebab tidak maubergaul dengan orang lain, Pada pertemuan ke 5 klien dapat menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan klien sudah mau berinteraksi dengan klien lain,bahkan bergandengan tangan dengan klien lain.<br />Tindak lanjut<br />Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan mengenai partisipasi keluarga dalam merawat klien .<br />Isolasi sosial : menarik diri berhubungandengan harga diri rendah<br />Tujuan Umum :<br />Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan orang lain.<br />Implementasi :<br />Mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat klien melalui cara : menyapa klien dengan ramah dan mengucapkan salam., menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap empati, membuat kontrak yang jelas untuk pertemuan selanjutnya . Menunjukkan sikap penuh perhatian dan penghargaan dengan menemani klien walaupun klien menolak untuk berinteraksi . Mendorongklien untuk menyebutkan aspek/ kemampuan positif yang dimiliki klien dan memberikan pujian terhadap kemampuan positif klien yang menonjol. Mendiskusikan dan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan mendengarkan klien dengan perhatian<br />Evaluasi<br />Pada pertemuan ke 5 klien mulai mau menyebutkan kemampuan yang dimilikinya dan klien mau menunjukkan kemampuannya di depan perawat yaitu klien dapat menyanyi dan pandai bermain gitar. Namun klien masih sulit untuk memulai pembicaraan. Pertemuan ke 6 klien lebih dapat berinteraksi dengan klien lain dan dapat tersenyum membalas sapaan perawat.<br />Tindak lanjut :<br />Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.<br />Penatalaksanaan regimen teraupetik in efektif berhubungan dengan kopingkeluarga inefektif<br />Tujuan Umum :<br />Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif<br />Implementasi :<br />Mengajak keluarga untuk mengidentifikasi perilaku klien yang mal adaftif usaha memberi perawatan pada klien,memberi pujian atas tindakan keluarga yang adaptif, mendiskusikan dengan keluarga tindakan yang dapat dalakukan terhadap keluarga untuk menunjang kesembuhan klien ( memberikan aktivitas, memotivasi melakukan hobinya mengajak klien pada realitas ),mendiskusikan tentang pentingnya peran keluarga,menganjurkan bersikap hangat, menghargai dan tidak memarahi klien, serta memberi pujian terhadap perilaku klien yang adaptif , memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan tentang koping yang efektif dalam merawat klien, menanyakan kepada keluarga bagaimana persepsi dan penerimaan linkungan dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mendiskusikan dengan keluarga cara penyampaian pada masyarakat tantang anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,menganjurkan keluarga untuk konsultasi ke fasilitas bila menemukan kesulitan, memotivasi klien dan keluarga untuk kontrol teratur<br />Evaluasi<br />Pada pertemuan ke 6 sampai ke 10 terlihat keluarga mencoba menerapkan apa yang telah didiskusikan dengan perawat dan akan melaksanakannya ketika klien harus pulang.<br />Tindak lanjut<br />Memberikan dorongan kepada keluarga dan merencanakan untuk kunjungan rumah<br />Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi dalam perawtan diri<br />Tujuan Umum :<br />Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan klien terjaga dan terpelihara<br />Implementasi :<br />Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien. Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Memotivasi klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi, mengganti pakaian setiap hari, memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu sekali bila terlihat kotor dan panjang, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan perawatan diri, memberikan pujian atas perilaku klien yang mendukung pada perawatan diri.<br />Evaluasi :<br />Pada pertemuan 1 dan 2 klien belum bersedia untuk melakukan perawatan diri, klien selalu menunggu ayahnya untuk perawatan diri, klien terlihat kusam ,rambut acak-acakan, baju lusuh karena klien menolak untuk perawtan diri.Pertemuan ke 3 klien sudah bersedia ke kamar mandi di antar ayahnya, sudah bersedia mandi tetapi belum bersedia memakai baju yang rapi dan menyisir rambut. Pertemuan ke 3, 4 ,5<br />Klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga baju terlihat basah. Sampai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan pengawasan<br />Tindak lanjut :<br />Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan perawatan diri, membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas ADL klien dengsn mendorong klien untuk melaksanakan semua ADL yang telah dibuat dan mengikut sertakan keluarga dalam memonitor ADL klien.Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-62399145484047962132008-09-12T08:03:00.000-07:002008-09-12T08:05:51.732-07:00PERILAKU CURIGA<div align="center">PERILAKU CURIGA</div><div align="center"> </div><div align="justify"><br />PENDAHULUAN<br />a. Latar Belakang<br />Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat berinteraksi, klien kecemasannya meningkat dalam merespon stresor. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/bahaya dari luar.<br />Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati II RSJPJ sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien yang rawat ulang. Masalah asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan ketidakmampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang ditemukan, pembahasan mengenai asuhan keperawatan curiga belum banyak ditemukan. Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Curiga”<br />b. Tujuan Penulisan.<br />Tujuan kelompok mahasiswa merawat klien G, melakukan seminar dan menulis laporan studi kasus adalah :<br />Mengerti asuhan keperawatan klien curiga berdasarkan konsep dan teori yang benar.<br />Menerapkan asuhan keperawatan klien curiga<br />Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien .<br />c. Proses Penulisan.<br />Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan peran serta langsung klien dalam kegiatan yang ada diruangan. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan, setelah penemuan masalah dibuat perancanaan dan dilaksanakan serta dilakukan eveluasi kemudian diseminarkan.<br />BAB III<br />TINJAUAN TEORITIS<br />A. Proses terjadinya masalah.<br />Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan , afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.<br />Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi . Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.<br />Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.<br />B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga.<br />Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).<br />Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.<br />Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)<br />Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien)<br />Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)<br />BAB IV<br />PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN<br />Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.<br />Diagnosa keperawatan I<br />Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Intervensi :<br />Membina hubungan saling percaya dengan klien .<br />Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.<br />Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.<br />Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah.<br />Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.<br />Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah.<br />Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.<br />Evaluasi :<br />Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.<br />Berespon secara verbal.<br />Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.<br />Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.<br />Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.<br />Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik.<br />Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.<br />Tindak lanjut :<br />Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.<br />Diagnosa keperawatan II<br />Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.<br />Intervensi :<br />Membina hubungan saling percaya.<br />Bersikap empati pada klien.<br />Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .<br />Mengadakan kontak sering dan singkat.<br />Meningkat respom klien terhadap realita.<br />Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien.<br />Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.<br />Evaluasi :<br />Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.<br />Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.<br />Tindak lanjut:<br />Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.<br />Diagnosa Keperawatan III<br />Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.<br />Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.<br />Intervensi :<br />Memperhatikan tentang kebersihan klien .<br />Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.<br />Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.<br />Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.<br />Tindak lanjut :<br />Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.<br />Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.<br /></div><div align="justify"><br />Proses Terjadinya Masalah.<br />Gangguan hubungan sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, respon sosial yang maladaptitf yang mengganggu fungsi seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial ( Rawlins’ l993 ). Gangguan hubungan sosial meliputi : curiga, manipulasi , ketergantungan pada orang lain, gangguan komunikasi dan menarik diri. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa maka didapatkan bahwa masalah keperawatan yang dijumpai pada klien Ibu D. adalah menarik diri.<br />Menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( Dirjen Keswa, l983 ). Seorang yang cenderung mengembangkan perilaku menarik diri menunjukkan perilaku seperti : menyendiri, menolak berbicara dengan orang lain, kurang berpartisipasi dalan aktifitas, perasaan malas, perasaan gagal karena tidak mampu melakukan sesuatu yang berarti, sulit membuat keputusan, pola tidur memanjang dan mengisolasi diri ( Dirjen Keswa, l983 ).<br />Dari pengkajian terhadap Ibu D. perilaku menarik diri ditunjukkan dengan perilaku menyendiri, banyak tiduran di tempat tidur, melamun , kurang inisiatif dan kurang berpartisipasi dalam pembicaraan, menjawab pertanyaan perawat seperlunya saja dengan satu-dua patah kata, kurang berpartisipasi dalam kegiatan ruang perawatan dan kurangnya perhatian pada penampilan diri atau kebersihan dirinya<br />.<br />Cara berpikir klien menarik diri dapat tiba-tiba terhambat atau tidak mampu berpikir. Tidak adanya rangkaian cara berpikir ini menyebabkan timbulnya inkoherensi dalam proses berpikir . Gangguan proses pikir ini dapat ditandai dengan adanya halusinasi dan waham (Dirjen Keswa,l983 ). Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus ekstrenal tanpa adanya stimulus yang diberikan ( Rawlins , l993 ). Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, penciuman, raba dan kecap.Dari hasil pengkajian pada Ibu D. didapatkan bahwa ibu D.mengalami halusinasi dengar yang ditunjukkan dengan bicara atau tertawa sendiri, tanpa adanya orang lain yang di ajak bicara,sambil memasang telinga dan memandang ke satu arah dengan tatapan tajam.<br />Gangguan proses pikir lain adalah waham yaitu suatu pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan. Namun pada Ibu D. belum dijumpai tanda-tanda ini.<br />Umumnya proses pikir klien menarik diri tidak adekuat, tidak sesuai dan apatis., kadang-kadang klien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang tiba-tiba. Pada saat kecemasan memuncak ( excited ) tingkah lakunya dapat eksploitatif yang secara tiba-tiba ia dapat menyerang lingkungan atau melukai dirinya. Pada diri Ibu D. didapatkan perilaku amuk ini di rumah berdasarkan informasi keluarga yaitu saat ia sedang menonton televisi dengan adegan perkelahian atau kekerasan tiba-tiba klien mengamuk, memecahkan barang rumah tangga dan menyerang /memukuli ibunya. Dengan alasan inilah keluarga baru membawa klien untuk dirawat di rumah sakit jiwa. Tetapi selama di rumah sakit klien tidak menunjukkan perilaku ini. Walaupun demikian pada klien ini tetap mempunyai potensi untuk terjadinya amuk .<br />Munculnya perilaku menarik diri tidak lepas dari adanya faktor predisposisi yakni masa tumbuh kembang teruama pada usia bayi ( 0-1 tahun ) masa pembentukan trust dan mistrust. Namun pada diri ibu D. masa ini dilalui dengan baik , ia medapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Konflik yang terjadi pada Ibu D mulai tampak setelah ayahnya meninggal, yakni pada usia klien 9 tahun di tambah adanya suasana komunikasi dalam keluarga yang kurang terbuka. Pada usia puber ( usia 16 tahun ) klien menikah dengan laki-laki yang sebenarnya tidak dicintainya. Faktor psikologis lain adalah kebiasaan klien menutup diri, jarang mengungkapkan perasaan pada orang lain baik pada ibu maupun pada kakaknya.<br />Faktor pencetus munculnya perilaku menarik diri pada Ibu D. disebabkan oleh adanya stress yang berat di mana klien mengalami kegagalan dalam berumah tangga . Ia sering dimarahi dan dipukuli suaminya oleh karena alasan ringan seperti tidak dapat memasak enak atau terlambat pulang dari pasar. Setelah klien mengalami gangguan jiwa suaminya kemudian menceraikannnya.<br />Dalam upaya mengoptimalkan keefektifan proses terapi yang diberikan faktor keluarga sangat menentukan. Kurangnya support system keluarga, ketidaksiapan keluarga seperti ketidakmampuan keluarga merawat klien menarik diri serta lingkungan sosial yang tidak mendukung dapat meningkatkan kondisi menarik diri dan meningkatkan resiko kambuh bila klien sudah memungkinkan untuk dipulangkan. Dengan demikian keterlibatan dan keikutsertaan keluarga diperlukan sejak awal masuk rumah sakit. Pada klien Ibu D, didapatkan adanya support system tetapi kurang adekuat yakni keluarga menjenguk klien tiap 10 hari sekali , namun keluarga tidak memahami penyebab gangguan jiwa klien dan tidak mampu merawatnya. Untuk itu selama perencanaan dan intervensi keperawatan klien keluarga telah dilibatkan . Namun lingkungan sosialnya belum dapat dikaji lebih lanjut sehingga klien masih tetap mempunyai potensi kambuh. Untuk intervensi ini perawat belum bisa melakukannya mengingat waktu yang tersedia. </div>Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2014901707381356963.post-14340151290817726442008-09-12T07:50:00.000-07:002008-09-12T07:51:42.622-07:00SCHIZOPRENIA KATATONIK<div align="center">SCHIZOPRENIA KATATONIK</div><div align="center"> </div><div align="justify"><br />Pengertian<br />Schizoprenia adalah suau bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.<br />Skizoprenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox.<br />Jenis<br />Schizoprenia simplex : dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan<br />Schizoprenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi<br />Schizoprenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.<br />Schizoprenia paranoid, degnan gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran<br />episoda schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.<br />Schizoprenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama skizoprenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania<br />Schizoprenia residual adalah schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan schizoprenia<br />Etiologi<br />Keturunan<br />Endokrin<br />Metabolisme<br />SSP<br />Teori adolf meyer<br />Teori sigmund freud<br />Gejala<br />(menurut Bleuler)<br />Gejala Primer<br />Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi<br />Gangguan afek emosi<br />Terjadi kedangkalan afek-emosi<br />Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)<br />Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan<br />Emosi berlebihan<br />Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik<br />Gangguan kemauan<br />Terjadi kelemahan kemauan<br />Perilaku Negativisme atas permintaan<br />Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain<br />Gejala Psikomotor<br />Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme<br />Stereotipi<br />Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama<br />Echolalia dan Echopraxia<br />Autisme<br />Gejala Sekunder<br />Waham<br />Halusinasi<br />Diagnosa Keperawatan<br />Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain<br />Tujuan : Klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain<br />Intervensi<br />Rasional<br />Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah<br />Obseervasi secara ketat perilaku klien<br />Singkirkan semua benda berbahaya<br />Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik<br />Lakukan fiksasi bila diperlukan<br />Berikan obat tranquilizer<br />Kecemasan meningkata dalam lingkungan penuh stimulus<br />Mewmastikan klien dalam keadaan aman<br />Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai<br />Menghilangvkan ketegangan yang terpendam<br />Keamanan klien merupakan prioritas perawatan<br />Menurunkan kecemasan/ketegangan<br />Koping individu tak efektif<br />Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif<br />Intervensi<br />Rasional<br />Usahakan petugas kesehatan tetap<br />Hindari kontak fisik<br />Hindari tertawa, berbisik didekat pasien<br />Jujur dan selalu menepati janji<br />Periksa mulut klien setelah minum obat<br />Jangan berikan kegiatan kompetitif<br />Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya<br />Sikap asertif<br />Menigkatkan hubungan saling percaya<br />Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik<br />Mengurangi rasa curiga<br />Meningkatkan hubungan saling percaya<br />Klien sering manipulatif dalam minum obat<br />Merupakan ancaman pada pasien curiga<br />Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam<br />Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali<br />Perubahan persepsi –sensori<br />Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif<br />Intervensi<br />Rasional<br />Observasi tanda halusinasi<br />Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh<br />Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi<br />Jangan mendukung halusinasi<br />Alihkan perhatian pasien dari halusinasi<br />Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan halusinasi<br />Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman<br />Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi<br />Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada<br />Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas<br />Perubahan proses fikir<br />Tujuan : Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham<br />Intervensi<br />Rasional<br />Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung<br />Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien<br />Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan<br />Fokus dan kuatkan realitas<br />Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman<br />Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita<br />Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan<br />Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah<br />Mengurangi pikiran-pikiran waham<br />Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam<br /></div>Asuhan Keperawatanhttp://www.blogger.com/profile/04596284740638250380noreply@blogger.com0